"Mana ada orang yg tahan melihat kekasihnya berduaan dengan seorang gadis cantik di dalam sebuah ruangan?"
Seruku tanpa melihat matanya.
"Dia itu bawahanku. Aku tak pernah ada main dengan orang lain."
"Ah. Selama ini memang tak pernah. Tp bisa jadi kan? Lagipula dy gadis yg cantik. Mana ada laki-laki yg tak menginginkan dy?" Sergahku padanya.
"Ah, kau ini sebenarnya cemburu padaku atau cemburu pada kecantikan gadis itu?" Skak mat.
Aku mulai berfikir ttg kecemburuanku. Biasanya aku tak pernah peduli jika kekasihku berduaan dengan wanita. Tp kali ini rasanya berbeda. Wanita itu begitu cantik. Begitu polos. Ah andai aku bisa seperti dy.
"Tidak, aku tk pernah cemburu pada kecantikannya." Aku menutupi sebuah kebohongan.
"Kau tahu? Secantik apapun dy. Aku tak akan pernah tergoda. Meski kamu tak seperti dy. Aku bahagia memilikimu. Aku bahagia menjalani hidup kita. Aku bahagia karena kamu selalu ada buatku" Satu kecupan mesra mendarat di keningku.
Ah, aku benci diperlakukan seperti ini.
"Nggak ngambek lagi kan? Ayok. Aku kenalin sama mama. Mumpung mama ada dirumah." Dan ini pertama kalinya aku bertemu dengan ibunya.
"Ma, kenalin. Ini temenku."
"Oh, temennya Seno? Siapa namanya?"
"Eza, tante. Fahreza."
No comments:
Post a Comment