Wednesday, May 22, 2013

Namaku Lana!



Namaku Lana, usiaku 21 tahun. Ibuku seorang pelacur bapakku seorang pemabuk. Aku terlahir di perkampungan kumuh pinggiran Jakarta.

Sejak sebelum aku lahir, ibuku bekerja sebagai pelampiasan nafsu lelaki hidung belang. Ia menjadi bulan-bulanan di ranjang hotel dekat kampungku. Ia bergonta ganti pasangan setiap malam. Hingga suatu pagi, ibuku mual-mual. Hamil.

Namaku Lana, usiaku 21 tahun. Bapakku, tiap pagi-pagi buta ia pulang dengan bau alkohol yang menyengat dari mulutnya. Ia membanting pintu kasar. Lalu berteriak meminta makanan. 

Namaku Lana. Semua orang dikampungku tau siapa aku.
Anak seorang pelacur yang tinggal di perkampungan kumuh. Tiap malam ketika aku kecil, aku melihat ibuku berganti langganan. Ia membawanya kerumah, ke tempat tidur yang aku tiduri. Tiap malam, aku dengar erangan-erangan itu.
Bapakku? Seorang pemabuk yang suka berjudi. Ia tak pernah menganggapku seorang anak. Pernah, ketika ia sedang mabuk. Ia dan beberapa temannya pergi ke rumah dan tubuhku mulai terjamah, dengan tangan kotor mereka, dengan bau alkohol yang menyeruak dari mulut dan bajunya. Aku meronta, mencoba lari sekuat tenaga. Tapi mereka berlima, sedang aku hanya sendiri. Dan aku tetap meronta hingga aku merasa ada tangan kasar mendarat di pipiku. Aku tak sadarkan diri.

Namaku Lana. Ibuku tak lagi pulang kerumah setelah aku menemukannya tergeletak tak bernyawa tanpa busana. Sedangkan bapakku, aku tak  pernah lagi bertemu dengannya setelah aku menemukannya dengan kepala penuh darah dan sebuah botol kaca bekas minuman keras yang sudah terbelah di tanganku.
Namaku Lana, lengkapnya Ahmad Maulana. Dan aku seorang waria.

Namaku Lana. Aku tak pernah bermimpi menjadi pembunuh. Dulu ketika aku kecil, aku ingin sekali menjadi presiden. Agar ibuku tak lagi menjadi bulan-bulanan lelaki hidung belang. Agar ibuku bisa bahagia dengan mobil mewah dan rumah megah. Aku ingin membahagiakan ibuku, meski aku tahu aku takkan mampu.
Namaku Lana. Sudah 5 tahun aku dibalik jeruji besi, aku disini karena memukul kepala bapakku dengan sebotol minuman keras. Aku punya alasan melakukan itu. Malam itu, Aku terhuyung pulang. Lelah karena pekerjaanku yang kasar. Kulihat bapakku sempoyongan bersama tiga temannya. Mabuk. Aku mencoba lari. Takut masa laluku terulang. Tapi bapakku mencengkram tanganku dengan kuat, aku masih mencoba lari. Ia bungkam mulutku dengan tangannya, ia jamahi badanku dengan kasar. Aku meronta. Kulihat botol kaca bekas minuman keras didekatku. Kuambil dan kupukulkan ke kepala bapakku. Ada darah di kepalanya. Dan aku menangis.

Namaku Lana, lengkapnya Ahmad Maulana. Dan aku seorang pembunuh.



Namaku Lana. Tinggal di perkampungan pinggiran Jakarta. Mengais rezeki dari tumpukan sampah. Bersama seorang istri dan dua putra. Dan mereka tak pernah tau bahwa aku mantan pembunuh dan waria.

No comments:

Post a Comment