Namaku
Lana, usiaku 21 tahun. Ibuku seorang pelacur bapakku seorang pemabuk. Aku
terlahir di perkampungan kumuh pinggiran Jakarta.
Sejak
sebelum aku lahir, ibuku bekerja sebagai pelampiasan nafsu lelaki hidung
belang. Ia menjadi bulan-bulanan di ranjang hotel dekat kampungku. Ia bergonta
ganti pasangan setiap malam. Hingga suatu pagi, ibuku mual-mual. Hamil.
Namaku
Lana, usiaku 21 tahun. Bapakku, tiap pagi-pagi buta ia pulang dengan bau alkohol
yang menyengat dari mulutnya. Ia membanting pintu kasar. Lalu berteriak meminta
makanan.
Namaku
Lana. Semua orang dikampungku tau siapa aku.
Anak seorang pelacur yang tinggal di perkampungan kumuh. Tiap malam ketika aku kecil, aku melihat ibuku berganti langganan. Ia membawanya kerumah, ke tempat tidur yang aku tiduri. Tiap malam, aku dengar erangan-erangan itu.
Anak seorang pelacur yang tinggal di perkampungan kumuh. Tiap malam ketika aku kecil, aku melihat ibuku berganti langganan. Ia membawanya kerumah, ke tempat tidur yang aku tiduri. Tiap malam, aku dengar erangan-erangan itu.
Bapakku?
Seorang pemabuk yang suka berjudi. Ia tak pernah menganggapku seorang anak.
Pernah, ketika ia sedang mabuk. Ia dan beberapa temannya pergi ke rumah dan
tubuhku mulai terjamah, dengan tangan kotor mereka, dengan bau alkohol yang
menyeruak dari mulut dan bajunya. Aku meronta, mencoba lari sekuat tenaga. Tapi
mereka berlima, sedang aku hanya sendiri. Dan aku tetap meronta hingga aku
merasa ada tangan kasar mendarat di pipiku. Aku tak sadarkan diri.
Namaku
Lana. Ibuku tak lagi pulang kerumah setelah aku menemukannya tergeletak tak
bernyawa tanpa busana. Sedangkan bapakku, aku tak pernah lagi bertemu dengannya setelah aku
menemukannya dengan kepala penuh darah dan sebuah botol kaca bekas minuman
keras yang sudah terbelah di tanganku.
Namaku
Lana, lengkapnya Ahmad Maulana. Dan aku seorang waria.
Namaku
Lana. Aku tak pernah bermimpi menjadi pembunuh. Dulu ketika aku kecil, aku
ingin sekali menjadi presiden. Agar ibuku tak lagi menjadi bulan-bulanan lelaki
hidung belang. Agar ibuku bisa bahagia dengan mobil mewah dan rumah megah. Aku
ingin membahagiakan ibuku, meski aku tahu aku takkan mampu.
Namaku
Lana. Sudah 5 tahun aku dibalik jeruji besi, aku disini karena memukul kepala
bapakku dengan sebotol minuman keras. Aku punya alasan melakukan itu. Malam
itu, Aku terhuyung pulang. Lelah karena pekerjaanku yang kasar. Kulihat bapakku
sempoyongan bersama tiga temannya. Mabuk. Aku mencoba lari. Takut masa laluku
terulang. Tapi bapakku mencengkram tanganku dengan kuat, aku masih mencoba
lari. Ia bungkam mulutku dengan tangannya, ia jamahi badanku dengan kasar. Aku
meronta. Kulihat botol kaca bekas minuman keras didekatku. Kuambil dan
kupukulkan ke kepala bapakku. Ada darah di kepalanya. Dan aku menangis.
Namaku
Lana, lengkapnya Ahmad Maulana. Dan aku seorang pembunuh.
Namaku
Lana. Tinggal di perkampungan pinggiran Jakarta. Mengais rezeki dari tumpukan
sampah. Bersama seorang istri dan dua putra. Dan mereka tak pernah tau bahwa
aku mantan pembunuh dan waria.
No comments:
Post a Comment