Malam itu adalah malam satu tahun kami berpacaran. Kami ingin merayakannya di sebuah restoran dekat kantor untuk sekedar makan malam.
"Dia pasti sudah menunggu." Pikirku saat itu.
Di tengah jalan tiba-tiba seorang wanita tak sengaja menabrakku.
"Maaf mbak, saya sedang buru-buru. Maaf jika saya menabrak anda." Dia meminta maaf sambil menunduk.
Wajahnya tak begitu jelas kulihat, tapi yang pasti dia seorang wanita cantik, dengan riasan sederhana, dengan gaun biru langit cerah sederhana, tas hitam minimalis tanpa hiasan, dan seikat mawar merah di genggamannya.
"Ah, andai pacarku juga membelikan seikat mawar merah untukku, aku pasti bahagia." Pikirku dalam hati.
"Mbak, are you okay?" Lamunanku
seketika itu buyar.
"Iya, saya nggak apa-apa kok." Jawabku dengan seramah mungkin.
"Syukurlah, kalau begitu saya permisi dulu mbak. Sekali lagi saya minta maaf."
Setelah urusanku dengan wanita tadi selesai, aku bergegas menuju tempat dimana kekasihku sudah menunggu. Kulihat dia duduk di sudut ruangan, tapi tak ada mawar, tak ada bingkisan di atas meja. Kosong. Dan malam itu kami menghabiskan malam hanya dengan mengobrol seperti biasa. Tak ada yang istimewa, baginya.
Pagi-pagi sekali aku sudah harus pergi ke kantor. Ada hal yang harus ku kerjakan. Baru semenit duduk di kursi kerjaku, tiba-tiba seorang teman kantorku datang dengan wajah penuh selidik memandangiku.
"Nay, tadi malam aku ketemu sama pacarmu di restoran dekat kantor." Katanya dengan setengah berbisik.
"Hmmm, aku tahu." Jawabku tanpa memedulikannya karena aku sudah sibuk dengan pekerjaanku pagi itu.
"Haa? Kamu tahu? Kamu lihat dia sama cewek lain dong?" Aku kaget mendengarnya, karena yang aku tahu dia sendirian malam itu,
menungguku.
"Seorang perempuan? Aku lihat dia, sendirian. Are you sure he is my boyfriend?" Aku mengamatinya penuh selidik. Aku penasaran.
"Iya, dia pake baju yang kamu beliin pas bareng aku." Tara benar, kekasihku semalam memakai kemeja biru yang ku belikan saat ulang tahunnya beberapa bulan yang lalu.
"Seperti apa perempuan itu? Mungkin saudaranya." Aku masih mencoba berpikir positif.
"Gaun warna biru cerah, tas hitam, dan ada seikat mawar merah di meja itu. Aku yakin aku tak salah lihat."
Wajahku memerah. Aku hanya diam dan berkata lirih, "Wanita itu."
No comments:
Post a Comment