Untuk Kekasihku.
Lelaki yang membuat aku jatuh
hati
Kekasih..
Aku
ingat, saat pertama kita bertemu. Tak ada rayuan mesra, tak ada kata puitis,
atau apapun yang romantis. Hanya ada jabatan tangan dan saling menyebut nama.
Setelah itu? Biasa saja.
Aku
ingat, saat itu kau ingin mengajakku jalan, bukan karena kau suka aku, tapi
karena kau malu pada temanku. Ya, saat itu kita bertemu di kost’an temanku. Ah,
saat itu aku menolak ajakanmu, “ aku tak enak meninggalkan temanku.” Kataku. Akhirnya
kita mengobrol disitu saja. Di bawah pohon belimbing depan kosan. Taukah? Pohon
itu masih bertengger di depan kosan. Kau ingat? Aku yakin jawabnya “tidak”.
Itulah kamu.
Tak pernah mengingat sesuatu yang kecil. Beda denganku. Aku saja masih ingat baju yang kau pakai saat itu. Baju hitam “zero” milikmu yang masih sering kau pakai sampai saat ini.
Tak pernah mengingat sesuatu yang kecil. Beda denganku. Aku saja masih ingat baju yang kau pakai saat itu. Baju hitam “zero” milikmu yang masih sering kau pakai sampai saat ini.
Kekasih..
Ingatkah?
Setelah itu kita menjalin hubungan. Bukan pacar atau sejoli yang sedang
kasmaran, tetapi sebagai seorang teman. Kita saling bertukar cerita. Sering aku
berkisah tentang kekasihku. Ingat? Saat itu aku punya kekasih. Tapi kau tak
pernah berkisah tentang hidupmu. Aku yang mendominasi percakapan.
Aku
ingat, kita sering bercanda lewat sms. Aku tertawa geli tiap kau lontarkan
kata-kata lucu. Saat itu, aku benar-benar bahagia. Oiya, kamu tau apa kesan
pertama saat aku mengenalmu? Baik, manis, pintar, dan datar. Setelah itu aku
tau kamu itu lucu, meski sifat datar tak pernah hilang dari dirimu sampai saat
ini. Tapi, itulah kamu, dan aku mulai memahaminya. Meski itu tetap saja sulit,
karena aku bukan orang yang datar-datar saja.
Kekasih..
Aku
ingat, selang beberapa bulan aku berpisah dengan kekasihku yang pernah
kuceritakan padamu. Lalu, aku berganti kekasih lagi, berpisah, berganti lagi,
berpisah lagi, hingga akhirnya, aku sadar. Sepertinya aku sedang jatuh cinta.
Ternyata benar, aku jatuh cinta padamu, ya padamu. Aku juga tak pernah tau
kenapa aku bisa jatuh cinta, padahal pertemuan kita hanya beberapa kali, dan
itupun singkat, bukan? Aneh memang, tapi itulah cinta !!
Aku ingat,
sejak saat itu aku terus saja mengganggumu, mengirimimu sms dan kau
membalasnya. Ah, hatiku berdebar jika aku ingat itu.
Aku
ingat, suatu hari kau pernah menggodaku dengan panggilan sayang, dan kau tau
apa yang ku lakukan saat itu? Aku melonjak kegirangan. Hatiku semakin berdebar.
Tanpa pikir panjang, aku memutuskan sesuatu yang mengubah hidupku. Aku bilang “
aku mencintaimu, apa kau ingin jadi pacarku?” tapi aku tak berani berucap di
depanmu. Aku terlalu takut, takut patah hati.
Kekasih..
Aku
ingat, beberapa hari setelah jadian, kau mengajakku keluar. Bukan untuk nonton
film, bukan pula untuk candle light dinner, tapi untuk nonton futsal. Itulah
pertama kali kau memboncengku sejak pertemuan kita. Setelah itu, kita makan.
Bukan di tempat yang romantis, bukan di tempat yang mewah, melainkan warung
sederhana di jalan Riau. Meski sederhana, aku suka. Kau membawa bahagia
untukku.
Aku
ingat, di tempatmupun kita duduk agak berjauhan, tak saling bicara, atau
bergandeng tangan. Hanya menonton televisi, dan akhirnya kau tidur dan aku
juga.
Kekasih..
Aku
ingat, awal kita jadian, ku rasa bahagia. Tak pernah ada pertengkaran, tapi
semakin hari, pertengkaran itu semakin sering. Kita bertengkar, lalu memaafkan,
bertengkar, maafkan, dan pertengkaran itu membuat hatiku semakin tak bisa lepas
darimu. Hingga suatu malam, tepat beberapa hari setelah hari jadi kita yang
pertama. Aku memulai pertengkaran. Aku berkata kasar padamu. Kau sangat marah
saat itu, ingat? Ponselmu sampai kau matikan. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku
mencoba meminta maaf, tetap tak berhasil. Kau seperti batu karang yang kokoh.
Aku bersedih saat itu. Seharian aku tak makan, karena aku merasa tak lapar. Aku
masih saja menangis. Kau benar-benar keras. Itulah kamu. Keras bagai batu
karang. Tapi aku harus jadi ombak, agar aku bisa meluluhkan kerasnya hatimu.
Kekasih..
Sekarang,
kita bertengkar lagi. Bukan karena aku yang menuntut perhatian, atau karena
kecuekanmu. Kita bertengkar karena (lagi-lagi) aku yang memulainya. Karena
keingintahuanku tentang menghilangkan status di jejaring sosial hingga
mengakibatkan hilangnya status itu. Kau marah dan mengganti statusmu menjadi
“single”. Aku benar-benar merasa bodoh saat itu. Aku menyesal. Jika waktu bisa
diputar, akan ku ulang lagi ke masa itu, agar tak ada pertengkaran antara kita,
agar kita bisa saling bergandeng tangan, agar kita tak menjadi bisu ketika
bertemu.
Kekasih..
Taukah?
Aku benar-benar mencintaimu, menyayangimu, tulus dari hatiku. Aku tak ingin
kita berpisah. Aku tak ingin kita bertengkar. Aku ingin kita bisa menjalani
sisa hidup bersama, dalam kasih, sayang, dan cinta.
Aku
tau, kau tak akan bisa bersikap romantis, karena kau tak bisa. Kalau kau tak bisa
romantis, biar aku yang jadi romantis. Jika kau tak bisa mengucap cinta setiap
hari, biar aku yang berkata “ aku mencintaimu “ setiap hari. Jika kau tak bisa
mengirim sms tiap hari, biar aku yang lakukan.
Kekasih..
Meski
kita berbeda, aku ingin Cinta menyatukan kita, membuat kita saling mengisi
kekurangan. Bukan memisahkan, atau membeda-bedakan
Akan
aku lakukan apa yang tak bisa kau lakukan, asalkan kau selalu di sisiku,
asalkan kau mencintaiku, asalkan kau sisakan ruang di hatimu untukku. Karena
aku menCINTAimu.
asikk
ReplyDelete:) terima kasih
ReplyDelete